Sukanto Tanoto kini menjadi salah satu sosok yang disegani dalam dunia usaha. Kisah sukses Sukanto Tanoto dalam mengembangkan grup Royal Golden Eagle menjadi sebuah perusahaan global patut menjadi inspirasi para pengusaha, terutama para pengusaha muda.
Sukanto Tanoto menunjukkan bahwa kesuksesannya juga berawal dari pendidikan nonformal yang harus ditekuninya.
Saat mengalami kesulitan ekonomi di masa kecil, membuatnya harus putus sekolah dan tidak bisa mengenyam pendidikan formal. Namun, Sukanto Tanoto tidak menyerah. Ia terus belajar secara otodidak. Salah satu contohnya saat mempelajari bahasa Inggris dengan memanfaatkan kamus bekas yang dimilikinya.
Namun, saat ia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal, Sukanto Tanoto tidak menyia-nyiakannya. Sukanto Tanoto mengenyam pendidikan bisnis di Jakarta, lalu menuntut ilmu ke beberapa perguruan tinggi bisnis terkemuka di dunia seperti INSEAD, Harvard University, dan the Wharton School.
Tanoto Foundation yang didirikannya bersama sang istri, Tinah Bingei Tanoto, juga ikut mendukung pendidikan nonformal. Salah satunya diwujudkan dengan memberi support terhadap kegiatan Sanggar Seni Etnika Daya Sunda (EDAS) yang didirikan oleh Ade Suarsa.
Sanggar seni yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat, ini berusaha melestarikan beragam jenis seni dan budaya Sunda. Ade mengajari anak-anak untuk berlatih menari, memainkan alat musik tradisional, serta bernyanyi.
Selain itu, Ade juga menggunakan wayang untuk pembelajaran. Sebagai anak dalang, ia piawai memainkan wayang. Ade sering menggunakan wayang hihit (kipas) yang diciptakannya sendiri. Namun, agar menarik kaum muda, ia mendalang dengan menggunakan cerita berbasis kehidupan sehari-hari.
Ade melakukannya karena prihatin terhadap tren meningggalkan budaya tradisional, terutama budaya Sunda, yang kiat kuat. Ia menyesalkan karena sejatinya banyak pendidikan dan pembelajaran yang bisa didapat dari sana.
Proses pembelajaran yang coba dilakukan Ade merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal yang bisa ditemui di mana saja. Sukanto Tanoto menilai hal tersebut penting karena di matanya pendidikan bisa dilakukan di mana saja. Selain itu, orang diharapkan terus belajar sepanjang hidupnya supaya kian lengkap.
“Kita harus selalu lapar untuk belajar. Bapak Sukanto Tanoto selalu menekankan bahwa pendidikan tidak harus berlangsung di sekolah saja. Continuous learning atau pembelajaran yang terus menerus dan di mana saja adalah hal yang sangat penting,” ujar putera Sukanto Tanoto, Anderson Tanoto.
Selain tetap mendukung pendidikan nonformal, Tanoto Foundation juga tetap mengupayakan kemudahan mengakses pendidikan formal. Hal itu sama pentingnya, sehingga orang disarakan untuk mengecapnya.
Salah satu caranya adalah dengan menggelar program beasiswa Tanoto Foundation. Program ini dibuka untuk umum, terutama untuk siswa, mahasiswa, dan guru di Indonesia. Hingga kini, sudah 6.700 orang yang menikmatinya.
Semua itu diupayakan oleh Tanoto Foundation karena pendidikan formal maupun nonformal sama pentingnya. Hal paling utama adalah kemauan untuk selalu belajar di mana saja dan kapan saja.